Minggu siang pertengahan Oktober. Mood satu-satunya di hari semacam ini adalah bantal dan selimut tipis khas udara tropis. Tapi, semua mendadak harus ditunda. Nasib saya sebagai kontributor Tobucil memaksa mencari satu dua narasumber yang bisa diwawancara dengan super iseng. Blogging kesana kemari dilakukan. Laman Kids Art and Craft Lover terbuka. Blognya menarik meski bertumpuk plus memusingkan, dan yang terpenting saya butuh korban maha cepat!
Jadi, pada hari yang biasa-biasa saja itu, percakapan kami dimulai. Menembus jarak Bandung-Jakarta, pun sebaliknya. Huruf demi huruf bermain. Rencana hanya menghabiskan waktu 30 menit untuk wawancara tinggal angan-angan. Percakapan itu melanglang buana ngalor-ngidul dengan sesuka-suka hati. Satu jam terlewat, kami tak peduli. Dua jam berlalu, kami sedikit peduli. Siang nyaris punah, kami harus peduli. Percakapan di hari yang biasa-biasa saja itu harus segera diakhiri.
Sign Out. Something missing. Sign in. berhari-hari berikutnya. Bodo amat siang sudah nyaris punah. Obrolan-obrolan berbahaya ini terlalu genting untuk dilewatkan. Hidup itu memang menggemaskan, satu detik kita merasa dunia terlalu ramai dengan riuh-pikuk, di detik yang sama kita senang membunuh kesepian. Kami yang sepi lalu mencari ruang-ruang percakapan baru, melewati batas-batas. Berbagi geram.
Sekarang, entah sudah berapa lama, kami terlalu sibuk berpetualang untuk mengingat-ingat. Biar saja ingatan tentang awal itu mengabur. Siapa yang memulai dan apa yang dimulai adalah perdebatan menyenangkan. Setiap hari adalah petualangan baru, sama seperti hari pertama ketika bumi memertemukan kami. Tidak pernah membosankan. Samar-samar gugus awan ditembus matahari, menemani catatan-catatan kecil menakjubkan yang menolak untuk berhenti.
Takjub saya membaca setiap kata.
BalasHapusBagus banget
makasihhhh :)
BalasHapus