Sabtu, 07 Januari 2012

The Philosophy of Miracle

Siapapun dari kita acapkali atas nama gemuruh hari yang tidak bisa berhenti lalu terduduk di pojok kota di tengah keramaian yang terlalu sendiri ketika pagi menjerang ketergesaan dan malam membubuhi mata dengan kristal-kristal air. Lalu, sebagian dari kita mungkin bertegur sapa dengan manusia-manusia asing yang berada di sekitaran. Mencoba membunuh bosan dengan menembus labirin dengan percakapan basa-basi yang terkadang absurd. Merasa akrab dengan saling berbagi senyum atau saling membahas dunia dengan manusia baru yang seringkali tak saling mengetahui.


Semua datang dan pergi. Ia menjelma menjadi terminal keberangkatan dan kepulangan. Rutinitas pada rotasi bumi ribuan tahun adalah waktu yang memertemukan dan memisahkan, berulang dan tak peduli meski siklus yang hadir sudah terlalu menjemukan. Kita memang tidak pernah bisa menduga. Di antara lima milyar penduduk bumi, adakah yang kita kenal di sebuah persimpangan, adakah sahabat di antara bus yang berseliweran, atau adakah manusia-manusia baru nan asing memiliki segenggam jiwa yang dapat dititipi seluruh gelisah keseharian yang kita miliki. Atas nama keajaiban lalu kita menunggu detik-detik pertemuan itu.

Jadi, berbulan lalu, di suatu siang atau sore yang kerap berulang, ratusan depa membentang dengan semena-mena di antara kami. Masing-masing dari kami yang berasal dari dunia antah-berantah dan nyaris tak pernah saling menjamah saling menitipkan segenggam jiwa. Kami letakkan begitu saja di antara pecahan-pecahan dunia kami yang kian ranggas dan papa ketika kesepian dan kesendirian sudah sedemikian kejam membunuh.

Ya, kami menolak keajaiban itu hadir. Terlalu naif jika harus menunggu. Dengan bebas merdeka, kami menyebut, “hei, kamu keajaiban buatku”. Keajaiban itu lalu kami ciptakan. Ia adalah tentang keyakinan. Tentang bagaimana kami mengoyak batas-batas yang menghalangi sampai pada akhirnya dunia pasrah menyerah dan kami tetap tegak berdiri. Pada akhirnya, kami tidak pernah menunggu keajaiban. Keajaiban itu hadir karena kami menginginkannya. We fight for that. Welcome miracle. It’s nice to see you.




written by nunu
picture edit by devita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar