Sabtu, 01 Juni 2013

Mengapa Aku Suka Menulis

“ Mengapa kamu suka menulis?” Tanya seorang kawan iseng ketika hujan memerangkap seluruh aktivitas.

Aku memerlukan sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan yang tiba-tiba meluncur itu. Mengapa aku suka menulis? Segala daya ingatan dikerahkan. Berlari pada beberapa bacaan yang pernah kubaca. Aku suka nyaris seluruh karya-karya Seno Gumira Ajidarma. Begitu sentimental dan cenderung romantis. Ia memiliki imajinasi hebat untuk menyampaikan pesan-pesan. Selain itu, jika berbicara tentang bacaan, sulit bagiku untuk menepikan dua buku karya Misbach Yusa Biran: Oh Film dan Keajaiban di Pasar Senen. Sekumpulan kisah tentang “seniman gadungan” di era tahun 50-an. Tokoh film senior yang telah almarhum ini dengan ciamik memotret keseharian kaum muda kreatif di masa itu dengan bumbu humor yang sangat kental. Lalu, ada pula Pramoedya Ananta Toer. Seorang novelis legendaris yang pernah dimiliki Indonesia. Karya-karyanya semisal Tetralogi Pulau Buru, Arus Balik, Arok Dedek, atau Gadis Pantai merupakan beberapa karya masterpiece Pram yang memiliki latar belakang kesejarahan yang sangat kuat. Dalam bungkus fiksi, ia wartakan tentang kebenaran yang selama ini telah kita lupakan. 

Ah, tulisan ini akan terlalu panjang rasanya jika harus kusampaikan buku-buku yang kusukai. Cukup tiga penulis itu saja. Dari ketiganya kupahami imajinasi dalam fiksi dan tentang fakta yang disampaikannya. Karya fiksi, apa pun itu bentuknya, memang harus diakui merupakan refleksi dari realitas. Bagiku, menulis itu seperti menerbangkan ingatan-ingatan tentang peristiwa dan membumbuinya dengan imajinasi agar jalinan huruf-huruf yang tersaji tidak terasa gersang.


Hujan telah reda. Sang kawan pun sepertinya telah lupa dengan pertanyaan yang diajukan. Namun, aku tahu, aku harus menjawab.

“ Hujannya sudah berhenti,” matanya yang tengah menjadi pengintai langit menengadah.
“ Kamu tahu mengapa aku suka menulis?” Ia menoleh. Aku melanjutkan kata-kata. “ Karena aku ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran.”

Benar perkataannya tentang hujan yang sudah berhenti. Langit perlahan-lahan mulai cerah, tanpa malu-malu segala cerah itu telah pula singgah di hatiku. 

16 komentar:

  1. karena aku ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran ..., wah aku suka sekali kalimat ini..., kapan2 aku pinjam ya

    BalasHapus
  2. mari menulis utk mewartakan kebenaran agar dunia pun menjadi tersenyum..

    BalasHapus
  3. Aaaah sukak kata2nya :)))
    Klo aku ditanya begitu, aku bakalan jawab, krn aku dari SD suka pelajaran mengarang. Hahahahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha itu jg bagus alasanny tiii wkwkwkwk

      Hapus
  4. luar biassa bang jawabannya...sebagai orang yang suka penulis dan sedikit suka baca serta suka nulis -kadang2 :P
    jawaban tersebut jawaban yang luar biasa bang

    BalasHapus
  5. krn sy gak bs menulis fiksi, jd menulis spt menyimpan kenangan dg kata2 :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe kata2 emng berisi segudang kenangan,ya... :)

      Hapus
  6. "Karena aku ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran,"
    Kata-kata yang indah >.<

    BalasHapus
  7. Kalo gw ngak pandai menulis, cuman ada kemauan ingin share pengalaman yg perna gw jalanin. Jadi tulisan gw kacau balau semua tapi terus belajar meskipun hasil nya tetep berantakan :)

    BalasHapus
  8. menulis untuk berbagi informasi

    BalasHapus
  9. wihh jawabannya keren banget,ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran,good job sukses terus

    BalasHapus