Melintas Eropa

Suatu hari nanti, kami pasti akan ke Amsterdam. Menyusuri kanal-kanal bersejarah, bersepeda keliling kota sampai lupa lelah. Lalu, mampir sejenak ke café-café mungil nan murah. Mengintip barang sesaat para penghisap daun cannabis sambil menikmati secangkir kopi dan teh hangat ketika senja sudah terlalu membunuh. Beberapa hari di Amsterdam sepertinya akan sangat menyenangkan.

Lalu, setelah menikmati Amsterdam, dengan riang gembira menembus Belgia menemui jantung Perancis; Paris. Berdiri sejenak di Notre Dame, gereja tempat Napoleon dinobatkan sebagai kaisar. Usai Notre Dame, saatnya melihat-lihat sungai Seine di kota terpadat di Eropa tersebut, mungkin dengan sedikit norak. Maklum, terlalu sering melihat sungai Ciliwung. Oh, ya. Kami akan berpura-pura tidak mengunjungi menara Eiffel meski ia bersisi-sisian dengan Seine. Alasan klasik, tidak mau dianggap terlalu ngepop dan picisan dengan mengunjungi menara paling populer sejagat itu. Jadi, cukup Notre Dame dan Seine saja yang diwartakan.

Eropa tanpa Italia adalah omong kosong. Dosa paling besar jika tidak mengunjungi negeri yang penuh bangunan tua tersebut. Jadi kami memilih untuk melintas Swiss menuju Venice. Ya, Venice sepertinya cukup menarik. Menyusuri kota seribu sungai dengan gondola bersama awak berseragam hitam putih dan bertubuh tambun setelah sebelumnya tawar-menawar harga dengan cukup sengit namun bersahabat. Setelah itu? Saint Mark's Basilica dengan kubah besarnya itu akan menjadi perhentian selanjutnya. Di tangan, sebungkus remah roti pada hamparan merpati di depan Saint Mark's Basilica akan menjadi sangat mengagumkan meski agak ragu apakah pengunjung diperbolehkan berbagi keceriaan bersama para merpati. Hmm… tell me about it...

Jadi, kami dengan riang gembira akan mengulang kata-kata ini: Suatu hari nanti, kami pasti. Pasti. Amsterdam, Paris, Venice. Hei kamu Eropa, see u soon, mate!


written by nunu