“ Mengapa kamu suka menulis?” Tanya seorang kawan iseng ketika hujan memerangkap
seluruh aktivitas.
Aku
memerlukan sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan yang tiba-tiba meluncur itu.
Mengapa aku suka menulis? Segala daya ingatan dikerahkan. Berlari pada beberapa
bacaan yang pernah kubaca. Aku suka nyaris seluruh karya-karya Seno Gumira
Ajidarma. Begitu sentimental dan cenderung romantis. Ia memiliki imajinasi
hebat untuk menyampaikan pesan-pesan. Selain itu, jika berbicara tentang bacaan, sulit bagiku
untuk menepikan dua buku karya Misbach Yusa Biran: Oh Film dan Keajaiban di Pasar Senen. Sekumpulan kisah tentang “seniman
gadungan” di era tahun 50-an. Tokoh film senior yang telah almarhum ini dengan
ciamik memotret keseharian kaum muda kreatif di masa itu dengan bumbu humor
yang sangat kental. Lalu, ada pula Pramoedya Ananta Toer. Seorang novelis
legendaris yang pernah dimiliki Indonesia. Karya-karyanya semisal Tetralogi
Pulau Buru, Arus Balik, Arok Dedek, atau Gadis Pantai merupakan beberapa karya masterpiece Pram yang memiliki latar
belakang kesejarahan yang sangat kuat. Dalam bungkus fiksi, ia wartakan tentang
kebenaran yang selama ini telah kita lupakan.
Ah, tulisan ini akan terlalu panjang rasanya jika harus kusampaikan buku-buku yang kusukai. Cukup tiga penulis itu saja. Dari ketiganya kupahami imajinasi dalam fiksi dan tentang fakta yang disampaikannya. Karya fiksi, apa pun itu bentuknya, memang harus diakui merupakan refleksi dari realitas. Bagiku, menulis itu seperti menerbangkan ingatan-ingatan tentang peristiwa dan membumbuinya dengan imajinasi agar jalinan huruf-huruf yang tersaji tidak terasa gersang.
Ah, tulisan ini akan terlalu panjang rasanya jika harus kusampaikan buku-buku yang kusukai. Cukup tiga penulis itu saja. Dari ketiganya kupahami imajinasi dalam fiksi dan tentang fakta yang disampaikannya. Karya fiksi, apa pun itu bentuknya, memang harus diakui merupakan refleksi dari realitas. Bagiku, menulis itu seperti menerbangkan ingatan-ingatan tentang peristiwa dan membumbuinya dengan imajinasi agar jalinan huruf-huruf yang tersaji tidak terasa gersang.
Hujan
telah reda. Sang kawan pun sepertinya telah lupa dengan pertanyaan yang
diajukan. Namun, aku tahu, aku harus menjawab.
“
Hujannya sudah berhenti,” matanya yang tengah menjadi pengintai langit
menengadah.
“
Kamu tahu mengapa aku suka menulis?” Ia
menoleh. Aku melanjutkan kata-kata. “ Karena aku ingin merayakan imajinasi dan
mewartakan kebenaran.”
Benar
perkataannya tentang hujan yang sudah berhenti. Langit perlahan-lahan mulai
cerah, tanpa malu-malu segala cerah itu telah pula singgah di hatiku.
Written by Nugraha Sugiarta (Nunu)
Drawing by Amelia Devita (Devita)
karena aku ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran ..., wah aku suka sekali kalimat ini..., kapan2 aku pinjam ya
BalasHapushihiw :)
Hapusmari menulis utk mewartakan kebenaran agar dunia pun menjadi tersenyum..
BalasHapusmariiii :)
HapusAaaah sukak kata2nya :)))
BalasHapusKlo aku ditanya begitu, aku bakalan jawab, krn aku dari SD suka pelajaran mengarang. Hahahahahah
hahahaha itu jg bagus alasanny tiii wkwkwkwk
Hapusluar biassa bang jawabannya...sebagai orang yang suka penulis dan sedikit suka baca serta suka nulis -kadang2 :P
BalasHapusjawaban tersebut jawaban yang luar biasa bang
hehe mari menulis, bung :)
Hapuskrn sy gak bs menulis fiksi, jd menulis spt menyimpan kenangan dg kata2 :)
BalasHapushehe kata2 emng berisi segudang kenangan,ya... :)
Hapus"Karena aku ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran,"
BalasHapusKata-kata yang indah >.<
bangett :)
HapusKalo gw ngak pandai menulis, cuman ada kemauan ingin share pengalaman yg perna gw jalanin. Jadi tulisan gw kacau balau semua tapi terus belajar meskipun hasil nya tetep berantakan :)
BalasHapusNu keren pisan. Mana yg baru ?
BalasHapusmenulis untuk berbagi informasi
BalasHapuswihh jawabannya keren banget,ingin merayakan imajinasi dan mewartakan kebenaran,good job sukses terus
BalasHapusLebih dari sekedar menulis karena ada program yang bisa menambah pundi" cuan coba bikin blog dan kolaborasikan dengan adsense
BalasHapus