Aku seringkali berpapasan dengannya. Nyaris semua rambut di kepalanya telah memutih. Badannya mungil namun tambun. Di tangannya, tumpukan koran pagi menggunung seperti rayap yang sedang bersuka cita menggerogoti kayu mahoni. Setua itu masih harus menjelajah trotoar-trotoar sempit. Beberapa pasang mata yang tengah terlalu rumit dengan harinya memilih tak peduli, sedang beberapa mata lainnya menjatuhkan iba.
Aku lebih senang mengamati mata sang lelaki tua. Ketika ia menawarkan dengan ramah koran di tangannya, ada binar yang sulit dicari tandingannya meski mungkin hanya seribu rupiah saja yang akan memasuki tas kecil usang yang terselempang di bahunya. Aku membaca, mata itu bukanlah mata yang meminta iba. Dalam sorot yang dimilikinya, lahir kebahagiaan. Ia kemudian seakan memekik kencang di telinga; kamu bahagia dengan hidupmu?
Aku lebih senang mengamati mata sang lelaki tua. Ketika ia menawarkan dengan ramah koran di tangannya, ada binar yang sulit dicari tandingannya meski mungkin hanya seribu rupiah saja yang akan memasuki tas kecil usang yang terselempang di bahunya. Aku membaca, mata itu bukanlah mata yang meminta iba. Dalam sorot yang dimilikinya, lahir kebahagiaan. Ia kemudian seakan memekik kencang di telinga; kamu bahagia dengan hidupmu?
Ia telah dengan gemilang menggugat pemahamanku tentang bahagia. Gerak-geriknya itu
mencurahkan kebahagiaan dengan segala kemampuan yang membebat di
jiwanya, meski mungkin bahagia itu mampir dalam keterbatasannya merangkum mimpi. Mungkin, baginya bahagia itu seringan dan sesederhana memapas jalanan dengan telapak kakinya yang berdebu. Tubuhnya yang telah menua dan sedikit membungkuk itu tidak menghalangi langkah untuk semakin bergegas melaju. Kepada setiap manusia yang menatapnya tanpa berkedip, ia lontarkan berbaris-baris senyum menyejukkan. Aku kini tahu, ia bahagia karena bersahabat dengan perjalanan yang dilaluinya. Pun jalanan itu bersahabat pula dengan sang lelaki tua. Aku menjabar langkah. Pada jalan yang kulalui telah pula timbul persahabatan. Tepat di tengah-tengahnya, kurangkumkan mimpi terbesarku; Menjadi diriku sendiri.
Di sengkarut langkah kaki, pada pojok halte, di keramaian kedai kopi, pada sudut gedung bertingkat, di kericuhan hari-harimu, ceritakan padaku apakah kamu merangkum mimpi sambil tak lupa pada diri sendiri. Kawan, ceritakan padaku tentang jalan yang melintang di hidupmu. Sudahkah kamu bersahabat dengannya?
written by Nugraha Sugiarta (Nunu)
drawing by Amelia Devita (Devita)
Di sengkarut langkah kaki, pada pojok halte, di keramaian kedai kopi, pada sudut gedung bertingkat, di kericuhan hari-harimu, ceritakan padaku apakah kamu merangkum mimpi sambil tak lupa pada diri sendiri. Kawan, ceritakan padaku tentang jalan yang melintang di hidupmu. Sudahkah kamu bersahabat dengannya?
written by Nugraha Sugiarta (Nunu)
drawing by Amelia Devita (Devita)
Bahagia itu tergantung diri kita
BalasHapusmengijinkannya atau tidak
bukan materi bukan pula kuasa
Bener banget, be oour self :)
Hapusbahagia itu indah...*kata teman sy :)
BalasHapusdan indah itu manis :)
Hapusmanis itu enak dirasakan.
Hapusbahagia itu mensyukuri yang telah ada :)
BalasHapusbetul bgt.. :)
Hapusbersahabat dengan jalan yang melintang di depan? harus dilakukan, kejar tundukkan, lalu ungkap persahabatan. maka jalan di depan tak lagi terjal.
BalasHapussetujuuuu bangett
Hapusjika hidup adalah sebuah pilihan, lalu kenapa kita mesti tidak tersenyum untuk pilihan itu? Lalu kenapa bisa dikatakan jalan melintang jika kita telah memilih satu diantara ribuan atau jutaan pilihan dalam hidup ini?
BalasHapushehe pertanyaanny kan adl apakah sudah memilih jln yg bener2 kita pengen. kalau sudah, apakah kita sudah yakin dngn jalan itu. kalau sudah yakin apakah kita sudah bersahabat dngn jln itu. klo udh ya goodddd hohoho
Hapusaww so sweet banget sih :''') saya yg jomblo jd pengen cepet2 punya pacar :'''''''')
BalasHapusyeah bahagia itu aneh, aneh kenapa bahagia org itu beda2, tapi bahagia itu simpel, bahagia ya bahagia :)
ahiww.. cowo2 yg baca komen ini pasti lgs pd ngantri deh, qiqiqiiqiq :p
Hapushaha amin amiin amiiin *ngenesbanget :P
Hapusbahagia itu sederhana
BalasHapusyaps betulss
Hapustinggal kita print, di jilid. jadi buku deh :p
BalasHapusho ho... tunggu tanggal mainnya ya.. buku kita akan segera terbit.. XD
HapusBahagia itu pilihan...hehe
BalasHapushehe benerr, mari memilihh hihi
Hapuswah...fiksi yang keren sekaliii...
BalasHapusaku selalu minder an sama yang jago bikin fiksi deh...hiks...
keep writing :)
thanks :)
Hapusaaww... keren bgt.
BalasHapusawww... makasiii ^^
HapusKalau menurut saya bahagia itu ada karena kita bersyukur.
BalasHapusbetulll banget... apapun yg terjadi sama kita wajib di syukuri ya :)
HapusNu, kamu emang jago banget dalam bermain kata.
BalasHapuskeren euy ... :)
makasihh :)
Hapus