Jumat, 22 Februari 2013

Dongeng Kerikil dan Negeri Angin

Aku, panggil atau sebut saja namaku dengan Aku. Aku lahir di negeri Angin dari sepasang kerikil, kerikil abu-abu dan putih dengan lekuk matahari pada sisi-sisinya. Mereka ciptakan aku dari api yang muncul ketika mereka saling bersinggungan. Kerikil abu-abu dan putih itu bertemu tak sengaja di antara aliran sungai. Suara gemericik ditambah dengan warna kecoklatan dari endapan lumpur-lumpur harum membuat telinga dan mata mereka sedikit mengabur. Sungai yang tidak mengenal kata lelah mendorong mereka, membuat keduanya berpapasan, saling bersentuhan. Aku tidak tahu siapa yang lebih dahulu memulai percakapan, yang pasti, setelah saling menatap, salah satu di antara mereka mulai berbicara,

 “ Sungai ini terlalu deras, ada baiknya kita bersisian.”
“ Ya, setidaknya masing-masing dari kita memiliki teman seperjalanan.”
“ Angin memang tak pernah berhenti di sini.”
“ Ya, negeri Angin memang tidak pernah kehilangan anginnya.”

Kedua kerikil itu lalu membiarkan sungai menghanyutkan mereka, menghanyutkan mereka bersama kerikil-kerikil lainnya.
***

Negeri Angin adalah negeri dengan seribu musim. Musim baru telah tiba, musim yang membuat sungai terpaksa mendangkalkan airnya agar dapat terus bertahan hidup. Kedua kerikil itu kini di antara rerumputan. Sungai menitipkan mereka kepada padang-padang luas. 

“ Terima kasih, sungai,”  keduanya berucap.
Sungai mengerling sambil mengembangkan bibirnya,aku hanya membuat kalian saling bertabrakan.”
Kedua kerikil itu tersenyum,jangan menyalahkan sesuatu yang tidak bisa kau hentikan.”

Sungai mulai beranjak pergi, cahaya dari kulit lembut kerikil  abu-abu dan putih melambai.

Padang tempat keduanya berada itu sedikit berbukit dan penuh dengan kehidupan. Angin membuat mereka selalu bergerak bersama. Mulanya semuanya terjadi dengan begitu saja dan alami. Adalah angin yang membuat mereka bergumul di antara semak-semak, saling menggelinding. Adalah angin pula yang membuat mata mereka dengan lantang menyala. Mereka membentur dan saling terbentur, mengeluarkan api.

Aku yang terlahir dari kerikil menghembus bersama angin 
 Mendengarkan suara mereka tentang dunia
Tentang api yang muncul dari pergerakan-pergerakan itu
Tentang perjalanan mereka menembus gugus awan





35 komentar:

  1. Aih...Nunu ini puitis abis...
    Dan devita gambarnya unyu unyu gimanaaaa gituh:-)

    What a lovely couple:-)

    BalasHapus
  2. imajinasi tulisan & gambarnya keren banget.

    BalasHapus
  3. Suka sama gambarnya... Ceritany jg bgs... Udah lama gak mampir nih... Dan udh byk ketinggalan crt seru deh hehe

    BalasHapus
  4. setiap berkunjung kesini, masih saja takjub dengan kata katanya
    wah itu bukunya sudah jadi, buku yang keberapa nih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe iya udh jadii.. klo buku tunggal sih baru yg pertama ini hoho, yuk2 pesen yuk2 hihi

      Hapus
  5. Kapan ya aku bisa merangkai kata kata indah seperti di atas ? :)

    BalasHapus
  6. Kadang gw ngak habis pikir, ada orang yg mmg jago banget menulis. Mengunakan bahasa dan kata2 yg ngak nyampe di otak gw.

    Seneng ikutan baca cerita2 disini .... terus berkarya, mudah2an bisa mencuri ilmu menulis di blog ini

    BalasHapus
  7. dongengnya asyik, apalagi gambarnya imut lho

    BalasHapus
  8. bagus sekali ceritanya, plus ilustrasinya cute :D



    Cheers,

    Yulia Rahmawati

    BalasHapus
  9. Ceritanya keren >.< saya follow ahhh

    BalasHapus
  10. cerita dan gambarnya kewreeen.. ;))
    gambarnya definetely cutee...

    BalasHapus
  11. selamat malam sahabatku..
    ceritanya aku suka sekali.. :)
    Happy ending.. ^_^

    BalasHapus
  12. rangkaian katanya bagus, pemilihan katanya juga pas. top bangettttt...
    ilustrasinya juga, aduh, anak saya pasti suka dengan warna hijau yang indah itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ibuny suka ceritany anakny suk gmbrny, cocok hihihi makasih yahh :)

      Hapus
  13. pilihan katanya indah ..jempol
    drawingnya cantik...paduan yang komplit banget
    sukaaa deh

    BalasHapus